( فَصْلٌ ) فِي ذِكْر حَدِيْثِ الْمَوْتَى فِي السِّمَاعِ وَالْكَلَامِ ، وَمَعْرِفَتِهِ بِـمَنْ يَغْسِلُهُ وَمَنْ يحْمِلُهُ وَمَنْ يُكْفِنُهُ وَمَنْ يُدْلِيهِ فِِي قَبْرِهِ ، والْإدْراكِ وَالْحَياةِ وُعَوْدِ الرُّوْحِ إِِلَى اْلجَسَدِ.
Fasal 10 : Penyebutan Hadis Orang Yang Mati Dalam Persoalan Dapat Mendengar, Berbicara, Mengetahui Orang Yang Memandikannya Mengkafaninya Dan Menguburkannya Ke Kuburan, Panca Indera Mayit Dalam Kuburan, Kehidupan Mayitu Dalam Kuburan, Dan Kembalinya Ruh Kedalam Jasad
أَمَّا السِّمَاعُ وَالْكَلَامُ فَقَدْ رَوَى الْبُخَارِي فِي صَحِيْحِهِ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: {الْعَبْدُ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَتُوُلِّيَ وَذَهَبَ عَنْهُ أَصْحَابُهُ حَتَّى إنَّهُ يَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ أَتَاهُ مَلَكَانِ فَأَقْعَدَاهُ فَيَقُولاَنِ لَهُ: مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ مُحَمَّدٍ؟، فَيَقُولُ: أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، فَيُقَالُ انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنْ النَّارِ أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنْ الْجَنَّةِ. قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَرآهُمَا جَمِيعًا. وَأَمَّا الْكَافِرُ أَوْ الْمُنَافِقُ فَيَقُولُ لاَ أَدْرِي كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ، فَيُقَالُ لاَ دَرَيْتَ وَلاَ تَلَيْتَ، ثُمَّ يُضْرَبُ بِمِطْرَقَةٍ مِنْ حَدِيدٍ بَيْنَ أُذُنَيْهِ، فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ}.
Adapun Tentang jenazah yang mempu mendengar, Imam al-Bukhari telah meriwayatkan dari Anas dari Nabi s.a.w. sebagai berikut : Jika suatu jenazah sudah diletakkan didalam kuburnya dan teman-temannya sudah berpaling dan pergi meninggalkannya, dia mendengar gerak langkah sandal sandal mereka, maka akan datang kepadanya dua malaikat yang keduanya akan mendudukkannya seraya keduanya berkata, kepadanya: "Apa yang kamu komentari tentang laki-laki ini, Muhammad Shallallahu'alaihiwasallam?". Maka jenazah itu menjawab: "Aku bersaksi bahwa dia adalah hamba Allah dan utusanNya". Maka dikatakan kepadanya: "Lihatlah tempat dudukmu di neraka yang Allah telah menggantinya dengan tempat duduk di surga". Nabi Shallallahu'alaihiwasallam selanjutnya berkata,: "Maka dia dapat melihat keduanya". Adapun (jenazah) orang kafir atau munafiq akan menjawab: "Aku tidak tahu, aku hanya berkata, mengikuti apa yang dikatakan kebanyakan orang". Maka dikatakan kepadanya: "Kamu tidak mengetahuinya dan tidak mengikuti orang yang mengerti". Maka kemudian dia dipukul dengan palu godam besar terbuat dari besi diantara kedua telinganya sehingga mengeluarkan suara teriakan yang dapat didengar oleh yang ada di sekitarnya kecuali oleh dua makhluq (jin dan manusia) ".. (HR. Bukhari).
وَرَوَى الْبُخَارِيُ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: {إِذَا وُضِعَتْ الْجَنَازَةُ وَاحْتَمَلَهَا الرِّجَالُ عَلَى أَعْنَاقِهِمْ، فَإِنْ كَانَتْ صَالِحَةً قَالَتْ: قَدِّمُونِي، وَإِنْ كَانَتْ غَيْرَ صَالِحَةٍ قَالَتْ: يَا وَيْلَهَا أَيْنَ تَذْهَبُونَ بِهَا، يَسْمَعُ صَوْتَهَا كُلُّ شَيْءٍ إِلاَّ الْإِنْسَانَ، وَلَوْ سَمِعَهُ صَعِقَ}. وَرَوَى الْبُخَارِيُ أَيْضًا عَنِ اللَّيْثِ بْنِ سَعْدٍ، فَذَكَرَ بِمِثْلِهِ، وَقَالَ: {قَالَتْ لأهْلِهَا: يَا وَيْلَهَا، وقال: وَلَوْ سَمِعَ الإنْسَانُ لَصَعِقَ}.
Imam Bukhari meriwayatkan hadis dari Abu Sa'id al-Khudri ra: Bahwa Rasulullah saw bersabda: Jika jenazah diletakkan lalu dibawa oleh para laki-laki di atas pundak mereka, maka jika jenazah tersebut termasuk orang shalih (semasa hidupnya) maka dia berkata: Bersegeralah kalian (membawa aku). Dan jika ia bukan dari orang shalih, maka dia akan berkata: Celaka, kemana mereka akan membawanya? Suara (jenazah itu) akan didengar oleh setiap makhluk kecuali manusia dan seandainya manusia mendengarnya, tentu dia jatuh pingsan. (HR. Bukhari).
وَرَوَى الطَّبْرَانِيُّ فِي الْأَوْسَطِ عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: {إِنَّ الْمَيِّتَ يَعْرِفُ مَنْ يَغْسِلُهُ وَيَحْمِلُهُ وَ يكفنه وَمَنْ يُدْلِيْهِ فِي حُفْرَتِهِ}
Thabrani dalam “al-Ausath” meriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri bahwa Nabi s.a.w. bersabda : Sesungguhnya mayit mengetahui siapa yang memandikannya, mengkafaninya, membopongnya, dan yang memasukkannya ke liang lahat.
وَكَانَ سَعِيْدُ بنُ جُبَيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَقُولُ: {إِنَّ الْأَمْوَاتَ لتأتيهم أَخْبَارُ الْأَحْيَاءِ؟، فَمَا مِنْ أَحَدٍ لَهُ حَمِيْمٌ} أَيْ قَرِيْبٌ {إِلَّا وَيَأْتِيْهِ خَبَرُ أَقَارِبِهِ، فَإِنْ كَانَ خَيْرًا سَرَّ بِهَ وَفَرِحَ، وَإِنْ كَانَ شَرًّا عَبَسَ لَهُ وَحَزِنَ}.
Sa’id bin Zubair berkata : “Sesungguhnya orang yang telah meninggal dunia tahu atas kondisi keluarganya yang masih hidup, jika kerabatnya baik, dia akan merasa bahagia, jika mereka buruk, maka akan merasa sedih.”
وَكَانَ ابْنُ مُنَبهٍ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى يَقُولُ: {إِنَّ اللهَ تَعَالَى بَنَى دَارًا فِي السَّمَاءِ السَّابِعَةِ، يُقَالُ لَهَا الْبَيْضَاءُ، تَجْمَعُ فِيْهَا أَرْوَاحُ الْمُؤْمِنِينَ، فَإِذَا مَاتَ الْمَيِّتُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا تَلَقَتْهُ الْأَرْوَاحُ فَيَسْأَلُونَهُ عَنْ أَخْبَارِ الدُّنْيَا كَمَا يَسَأَلُ الْغَائِبُ أَهْلَهُ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ عَلَيْهِمْ} رَوَاهُ أَبُو نُعَيْمٍ فِي الْحِلْيَةِ
Ibnu Munabbih berkata : “Sesungguhnya Allah membangun istana di langit ketujuh bernama istana Baidha’ untuk mengumpulkan ruh orang-orang mukmin. Jika ada penduduk bumi yang meninggal dunia, maka dia akan disambut para ruh dan ditanya tentang berita penduduk bumi, sebagaimana pertanyaan untuk keluarga yang baru datang dari bepergian.”
وَأَمَّا اَلْإِدْرَاكُ وَالْحَيَاةُ وُعُودُ الرُّوحِ إِلَى الْجَسَدِ فَقَدْ وَرَدَ عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ حَدِيثٌ طَوِيلٌ جَامِعٌ لِأَحْكَامِ الْمَوْتَى، وَفِيهِ التَّصْرِيحُ بِعَوْدِ الرُّوحِ إِلَى الْجَسَدِ.
Adapun soal “idrok” (pengetahuan), “hayat” (kehidupan), “audu ruh” (kembalinya ruh) ke jasad maka hal itu telah terdapat Riwayat dari Baro’ Bin Azib radhiallohu anhu dengan Riwayat hadis yang Panjang dan menghimpun tentang permasalahn hukum-hukum orang yang sudah meninggal, didalamnya terdapat penegasan tentang dikembalikannya ruh kedalam jasad.
قَالَ الْبَرَاءُ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فِي جِنَازَةِ رَجُلٍ مِنَ الْأَنْصَارِ، فَانْتَهَيْنَا إِلَى الْقَبْرِ وَلَمَّا يُلَحَّدْ، فَجَلَسَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ وَجَلَسْنَا حَوْلَهُ، كَأَنَّ عَلَى رُءُوسِنَا الطَّيْرَ، وَفِي يَدِهِ عُودٌ يَنْكت بِهِ فِي الْأَرْضِ،ثُمَّ قَالَ: أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، قَالَهَا مِرَارًا.
Baro’ bin Azib berkata : Kami keluar bersama Rasulullah SAW untuk menghadiri (pemakaman) jenazah laki-laki Anshar. Lalu kami sampai di kuburan, namun masih belum digali. Rasulullah SAW duduk dan kami duduk di sekitar beliau seakan-akan di atas kepala kami ada burung. Nabi SAW mengangkat pandangan dan melihat ke arah langit; lalu beliau menundukkan penglihatan dan melihat ke arah bumi.
ثُمَّ قَالَ: إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ فِي قِبَلٍ مِنَ الأَخِرَةِ وَانْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا، جَاءَهُ مَلَكٌ فَجَلَسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ: أُخْرُجِيْ أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ. فَتَخْرُجُ نَفْسُهُ وَتَسِيلُ كَمَا يَسِيلُ قَطْرُ السِّقَاءِ، وَتَنْزِلُ الْمَلاَئِكُةُ مِنَ الْجَنَّةِ بَيِّضُ الْوُجُوْهِ كَأَنَّ وُجُوْهَهُمُ الشَّمْسُ، مَعَهُمْ اَكْفَانٌ مِنْ اَكْفَانِ الْجَنَّةِ وَحَنُوْطٌ مِنْ حَنُوْطِهَا، فَيَجْلِسُوْنَ مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ، فَإِذَا قَبَضَهَا الْمَلَكُ لَمْ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ، فَذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى عَزَّ وَجَلَّ: تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ (الأنعام: 61)
Setelah itu, Rasulullah SAW bersabda: “Aku berlindung kepada Allah dari adzab kubur”. Nabi SAW mengucapkannya berkali-kali. Lalu Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba mukmin, jika sudah menatap akhirat dan meninggalkan dunia, maka malaikat datang kepadanya dan duduk di samping kepalanya. Malaikat itu berkata: “Keluarlah wahai nafsu muthmainnah (jiwa yang tenang) menuju pada maghfirah (ampunan) dan ridho Allah SWT”. Setelah itu, jiwa (nyawa) orang mukmin tadi keluar dan mengalir seperti mengalirnya tetesan air (hujan). Kemudian malaikat turun dari surga dengan wajah putih seakan-akan seperti sinar matahari. Para malaikat itu membawa kafan-kafan dari surga dan minyak wangi surga. Para malaikat itu duduk bersama si mayat sepanjang mata memandang (dalam waktu yang lama) Ketika malaikat (Izra'il) mencabut nyawa si mukmin, maka para malaikat tidak akan melepaskan nyawa tersebut dari pegangan mereka sedetik pun. Yang demikian itu adalah firman Allah SWT: Ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat kami, dan malaikat- malaikat kami itu tidak melalaikan kewajibannya” (Q.S. al-An’am, ayat : 6)
قَالَ: فَتَخْرُجُ نَفْسُهُ كَأَطْيَبِ رِيْحٍ وُجِدَتْ، فَتَعْرُجُ بِهِ الْمَلاَئِكَةُ، فَلاَ يَأْتُوْنَ عَلَى جُنْدٍ. وَفِي رِوَايَةٍ: فَلاَ يَزَالُ يَمُرُّ بِالأُمَمِ السَّابِقَةِ وَالْقُرُوْنِ الْخَالِيَةِ كَأَمْثَالِ الْجَرَادِ الْمُنْتَشِرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ إِلاَّ قَالُوا: مَا هَذِهِ الرُّوحُ؟ فَيُقَالُ: فُلَانٌ بِأَحَبِّ أَسْمَائِهِ حَتَّى يَنْتَهُوا بِهِ إِلَى بَابِ السَّمَاءِ الدُّنْيَا، فَتُفْتَحُ لَهُ، وَيُشَيِّعُهُ مِنْ كُلِّ سَمَاءٍ مُقَرَّبُوهَا حَتَّى يُنْتَهَى بِهَا إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ، فَيَقُولُ: اكْتُبُوْا كِتَابَهُ فِي عِلِّيِّينَ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا عِلِّيُّونَ، كِتَابٌ مَرْقُومٌ، يَشْهَدُهُ الْمُقَرَّبُونَ، فَيُكْتَبُ كِتَابُهُ فِي عِلِّيِّيْنَ. ثُمَّ يُقَالُ: رُدُّوْهُ إِلَى الْأَرْضِ، فَإِنِّي وَعَدْتُهُمْ أَنِّيْ مِنْهَا خَلَقْنَاهُمْ وَفِيهَا نُعِيدُهُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُهُمْ تَارَةً أُخْرَى، فَتُرَدُّ إِلَى الأَرْضِ، وَتُعَادُ رُوحُهُ إِلَى جَسَدِهِ.
Rasulullah SAW bersabda: “Lalu nyawa orang mukmin itu keluar dengan bau yang paling wangi; dan nyawa tersebut dibawa naik oleh malaikat. Malaikat itu tidak mendatangi sekelompok makhluk –Dalam sebuah riwayat– nyawa orang mukmin itu terus-menerus melewati umat-umat terdahulu dan generasi yang sudah musnah, seperti belalang yang berhamburan di antara langit dan bumi, kecuali mereka berkomentar: “Nyawa (ruh) siapakah ini?”. Maka dijawab: “Nyawa (ruh) si Fulan, dia disebut dengan nama yang paling dia senangi, sampai para malaikat itu tiba di pintu langit dunia, lalu pintu itu dibuka. Selanjutnya nyawa (ruh) itu diantarkan oleh para malaikat penjaga setiap langit, sampai tiba di langit ke-7. Lalu Allah SWT berfirman: “Catatlah (ruh ini) dalam 'Illiyyin. Apa yang dimaksud dengan 'Illiyyin?, yaitu kitab catatan amal orang-orang yang baik. yang disaksikan oleh malaikat-malaikat yang didekatkan (kepada Allah). Kemudian buku catatan amal si Fulan dituliskan dalam 'Illiyyin”. Lalu dikatakan: “Kembalikan dia (si Fulan) ke bumi, sesungguhnya Aku berjanji kepada manusia bahwa kami menciptakan mereka dari tanah; kami akan mengembalikan mereka ke dalam tanah; dan kami akan mengeluarkan (membangkitkan) mereka dari tanah”. Selanjutnya nyawa si Fulan dikembalikan ke bumi dan dikembalikan lagi ke jasadnya.
فَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ شَدِيْدَا الإِنْتِهَارِ، فَيَنْتَهِرَانِهِ وَيُجْلِسَانِهِ، فَيَقُولاَنِ: مَنْ رَبُّكَ؟ وَمَا دِينُكَ؟ فَيَقُولُ: رَبِّيْ اللَّهُ، وَدِينِيْ الْإِسْلَامُ. فَيَقُولاَنِ: فَمَاذَا تَقُوْلُ فِي هَذَا الرَّجُلِ الَّذِيْ بُعِثَ فِيكُمْ؟ فَيَقُولُ: هُوَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَيَقُوْلُوْنَ: وَمَا يُدْرِيْكَ؟ فَيَقُوْلُ: جَاءَنَا بِالْبَيِّنَاتِ مِنْ رَبِّنَا فَآمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُ، قَالَ: وَذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى: يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ (إبراهيم: 27).
Kemudian datang dua malaikat yang berbicara sangat lantang; kedua malaikat itu membentak dan mendudukkan si Fulan; kedua malaikat tersebut bertanya: “Siapa Tuhanmu? Apa agamamu?” Si Fulan menjawab: “Tuhanku adalah Allah; agamaku adalah Islam”. Lalu kedua malaikat itu bertanya lagi: “Apa pendapatmu tentang laki-laki ini (Nabi Muhammad SAW) yang diutus kepada kalian?”. Si Fulan menjawab: “Dia adalah Rasulullah”. Kedua malaikat tadi kembali bertanya: “Apa yang membuatmu mengetahuinya?” Si Fulan menjawab: “Beliau telah datang kepada kami dengan membawa bukti-bukti yang jelas dari Tuhan kami, kemudian saya beriman dan membenarkan beliau”. Nabi SAW bersabda: “Yang demikian itu adalah firman Allah SWT (Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat) (Q.S. Ibrahim [14]: 27).
قَالَ: وَيُنَادِيْ مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ: قَدْ صَدَقَ عَبْدِي، فَأَلْبِسُوْهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَيُفْرِشُ مِنْهَا وَيُرَى مَنْزِلُهُ وَيُفْسَحُ لَهُ مَدَّ بَصَرِهِ، وَيُمَثَّلُ لَهُ عَمَلُهُ فِي صُوْرَة رَجُلٍ حَسَنِ الْوَجْهِ طَيِّبِ الرِّيحِ حَسَنُ الثِّيَابِ فَيَقُولُ: بَشَّرَكَ الله بِخَيْرٍ، مَنْ أَنْتَ؟ فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ اَلَّذِيْ جَاءَنَا بِخَيْرٍ، فَيَقُولُ: هَذَا يَوْمُكَ الَّذِيْ كُنْتَ تُوْعَدُ، وَالأَمْرُ الَّذِيْ كُنْتَ تُوْعَدُ، وَأَنَا عَمَلُكَ الصَّالِحُ، فَوَاللهِ مَا عَلِمْتُكَ إِلاَّ كُنْتَ سَرِيْعًا فِي طَاعَةِ اللهِ بَطِيْئًا عَنْ مَعْصِيَةِ اللهِ، فَجَزَاكَ الله خَيْرًا. فَيَقُولُ: يَا رَبِّ أَقِمْ السَّاعَةَ كَيْ أَرْجِعَ إِلَى أَهْلِي وَمَالِي.
Nabi SAW bersabda: “Dan ada yang memanggil-manggil dari langit: “Sungguh benar hamba-Ku; maka tempatkan dia di surga”. Lalu dihamparkanlah surga; diperlihatkan tempatnya di surga; diperluas surga baginya sejauh mata memandang. Kemudian amal perbuatannya berubah wujud menjadi seorang laki-laki tampan, baunya harum dan pakaiannya bagus. Laki-laki (perwujudan amal shalih, pent.) itu berkata: “Bergembiralah dengan apa yang telah dijanjikan oleh Allah 'Azza wa Jalla kepadamu; bergembiralah dengan ridho dari Allah dan surga-surga yang di dalamnya terdapat kenimatan abadi”. Si Fulan berkata: “Semoga Allah menganugerahkan kebaikan kepada Anda. Siapakah Anda itu?. wajah Anda adalah wajah yang mendatangi kami dengan (membawa) kebaikan”. Laki-laki itu menjawab: “Hari ini adalah hari yang telah dijanjikan kepadamu. Perkara ini adalah perkara yang telah dijanjikan kepadamu. Aku adalah amal shalih-mu. Demi Allah, saya hanya mengetahuimu selalu bergegas dalam ketaatan kepada Allah SWT; dan melambat dalam kemaksiatan kepada-Nya. Semoga Allah SWT membalasmu dengan kebaikan”. Si Fulan berkata: “Wahai Tuhanku, mohon langsungkanlah hari kiamat, agar aku dapat kembali (berkumpul) dengan keluargaku dan hartaku”.
قَالَ: وَإِنْ كَانَ فَاجِرًا، فَإِذَا كَانَ فِي قِبَلٍ مِنَ الأَخِرَةِ وَانْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا، جَاءَهُ مَلَكٌ فَجَلَسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ: أُخْرُجِيْ أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْخَبِيْثَةُ، اَبْشِرِي بِسُخْطِ اللهِ وَغَضَبِهِ. فَتَنْزِلُ مَلاَئِكُةٌ سُوْدُ الْوُجُوْهِ مَعَهُمْ مُسُوْحُ، فَإِذَا قَبَضَهَا الْمَلَكُ قَامُوْا فَلَمْ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Jika jenazah yang meninggal dunia adalah orang yang durhaka, maka ketika sudah menatap akhirat dan meninggalkan dunia, maka malaikat datang kepadanya dan duduk di samping kepalanya. Malaikat itu berkata: “Keluarlah kamu wahai nasfu yang kotor. Rasakan kebencian dan kemurkaan Allah!”. Lalu turun para malaikat yang berwajah hitam dengan membawa pakaian yang kasar. Ketika malaikat (Izra'il) mencabut nyawa si mukmin, maka para malaikat tidak akan melepaskan nyawa tersebut dari pegangan mereka sedetik pun”.
قَالَ: فَتَفَرَّقَ فِي جَسَدِهِ، فَيَسْتَخْرِجُهَا تَقَطَّعَ مَعَهَا الْعَرُوْقُ وَالْعَصَبُ كَالسُّفُوْدِ الْكَبِيْرِ الشَّعْبِ فِي الصُّوْفِ الْمَبْلُوْلِ، فَتُؤْخَذُ مِنَ الْمَلَكِ فَتَخْرُجُ كَأَنْتُنِ رِيْحٍ وُجِدَتْ، فَلاَ تَمُرُّ عَلَى جُنْدٍ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ، إِلَّا قَالُو:ا مَا هَذَا الرُّوحُ الْخَبِيثُ؟ فَيَقُولُونَ: هَذَا فُلَانٌ بِأَسْوَاءِ أَسْمَائِهِ حَتَّى يُنْتَهُوْا بِهِ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا، فَلاَ يُفْتَحُ لَهُ، فَيَقُوْلُ: رُدُّوْهُ إِلَى الأَرْضِ، إِنِّيْ وَعَدْتُهُمْ أَنِّيْ مِنْهَا خَلَقْنَاهُمْ وَفِيهَا نُعِيدُهُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُهُمْ تَارَةً أُخْرَى. قَالَ: فَيُرْمِيْ بِهِ مِنَ السَّمَاءِ، قَالَ: فَتَلاَ هَذِهِ الأيةَ (فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ) (الحج: 31)، وَيُعَادُ إِلَى الأَرْضِ، وَتُعَادُ فِيْهِ رُوْحُهُ.
Nabi SAW bersabda: “Lalu nyawa itu berpisah dari jasadnya, kemudian para malaikat itu mengeluarkan nyawa (ruh) dalam kondisi tercabik-cabik otot-ototnya seolah-olah seperti tusuk (sate) yang besar mencabik-cabik kain wool yang basah. Selanjutnya nyawa itu dicabut dan keluar dengan dengan bau paling busuk yang pernah ada. Setiap kali nyawa (ruh) si Fulan itu melewati para penghuni antara langit dan bumi, pasti mereka berkomentar: “Siapa (pemilik) nyawa kotor ini?” Para malaikat menjawab: “Ini adalah ruh si Fulan –dipanggil dengan ma,a panggilan yang paling buruk– hingga para malaikat tiba di langit dunia. Namun pintu langit tidak dibuka, bahkan dikatakan: “Kembalikan si Fulan itu ke bumi; karena sesungguhnya Aku berjanji kepada manusia bahwa kami menciptakan mereka dari tanah; kami akan mengembalikan mereka ke dalam tanah; dan kami akan mengeluarkan (membangkitkan) mereka dari tanah”. Al-Barra' (perawi Hadis ini, pent.) berkata: “Kemudian nyawa si Fulan itu dilemparkan dari langit. Al-Barra’ berkata: Lalu Rasulullah SAW membaca ayat (Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh) (Q.S. al-Hajj [22]: 31). Si Fulan akhirnya dikembalikan lagi ke bumi dan nyawanya dikembalikan ke jasad.
وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ شَدِيْدَا الإِنْتِهَارِ، فَيَنْتَهِرَانِهِ وَيُجْلِسَانِهِ، فَيَقُولُ: مَنْ رَبُّكَ؟ وَمَا دِينُكَ؟ فَيَقُولُ: لاَ أَدْرِي، سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُوْلُوْنَ ذَلِكَ. فَيَقُوْلُ: لاَ دَرَيْتَ، فَيُضَيَّقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّى تَخْتَلِفَ أَضْلَاعُهُ. وَيُمَثَّلُ لَهُ عَمَلُهُ فِي صُوْرَة رَجُلٍ قَبِيحِ الْوَجْهِ وَمُنْتِنِ الرِّيحِ وَ قَبِيحِ الثِّيَابِ.فَيَقُولُ: أَبْشِرْ بِعَذَابٍ مِنَ اللهِ وَسُخْطِهِ. فَيَقُولُ: مَنْ أَنْتَ؟ فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ الَّذِيْ جَاءَ بِالشَّرِّ. فَيَقُولُ: أَنَا عَمَلُكَ الْخَبِيثُ، وَاللهِ مَا عَلِمْتُكَ إِلاَّ كُنْتَ بَطِيْئًا عَنْ طَاعَةِ اللهِ سَرِيْعًا إِلَى مَعْصِيَةِ اللهِ. فَيُقْبَضُ لَهُ مَلَكٌ اَصَمُّ اَبْكَمُ مَعَهُ مِرْزَبَةٌ لَوْ ضُرِبَتْ بِهَا جَبَلٌ صَارَ تُرَابًا اَوْ رَمِيْمًا، فَيَضْرِبُهُ بِهَا ضَرْبَةً يَسْمَعُهَا الْخَلاَئِقُ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ، ثُمَّ تُعَادُ فِيْهِ الرُّوْحُ فَيَضْرِبُهُ ضَرْبَةً أُخْرَى. }. وهذا الحديث أخرجه جماعة من الأئمة في مسانيدهم، منهم الإمام أحمد.
Selanjutnya datang dua malaikat yang berbicara sangat lantang; kedua malaikat itu membentak dan mendudukkan si Fulan; keduanya bertanya: “Siapa Tuhanmu? Apa agamamu?” Si Fulan menjawab: “Saya tidak tahu. Saya pernah mendengar orang-orang berbicara tentang hal itu”. Kedua malaikat itu bertanya lagi: “Kamu memang tidak mengetahui!”. Lalu kuburan si Fulan menjadi sempit sehingga meremukkan tulang-tulangnya. Kemudian amal perbuatannya berubah wujud menjadi laki-laki buruk rupa, baunya busuk dan pakaiannya jelek. Laki-laki itu berkata: “Rasakan adzab Allah 'Azza wa Jalla dan kebencian-Nya”. Si Fulan bertanya: “Siapakah kamu itu?. Wajahmu adalah wajah yang datang dengan membawa kejelekan”. Laki-laki itu berkata: “Aku adalah amal buruk-mu. Demi Allah, saya hanya mengetahuimu melambat dalam ketaatan kepada Allah SWT; dan bergegas dalam maksiat kepada-Nya”. Lalu datang malaikat dengan membawa tongkat besi yang jika digunakan untuk memukul gunung, niscaya gunung itu akan hancur lebur menjadi debu atau pasir. Malaikat itu memukul si Fulan dengan pukulan yang dapat didengar oleh makhluk-makhluq, kecuali jin dan manusia. Setelah itu, nyawa dikembalikan lagi pada jasad si Fulan, untuk kemudian dipukul lagi dengan pukulan yang lain. [Hadis ini diriwayatkan oleh sekelompok imam Hadis dalam kitab Musnad-nya, di antara mereka adalah Imam Ahmad ibn Hanbal RA]
وَقَالَ إِمَامُ الْحَرَمَيْنِ وَالْفَقِيهُ أَبُو بَكْرِ بنِ الْعَرَبِي وَالْإِمَامِ سَيْفُ الدِّينِ اَلْآمِدِي : اِتَّفَقَ سَلَفُ اَلْأُمَّةِ قَبْلَ ظُهُورِ الْمُخَالِفِ ، وَأَكْثَرُهُمْ بَعْدِ ظُهُورِهِ عَلَى إِثْبَاتِ أَحْيَاءِ اَلْمَوْتَى فِي قُبُورِهِمْ ، وَمَسْأَلَةِ الْمَلَكَيْنِ لَهُمْ ، وَإِثْبَاتِ عَذَابِ الْقَبْرِ لِلْمُجْرِمِينَ وَالْكَافِرِينَ ، وَقَوْلُهُ تَعَالَى : { وَاَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ } أَيْ حَيَاةَ الْمَسْأَلَةِ فِي الْقَبْرِ وَحَيَاةِ الْحَشْرِ ، لِأَنَّهُمَا حَيَاتَانِ عَرَفُوا اللَّهُ بِهِمَا ، وَالْحَيَاةُ اَلْأُولَى فِي اَلدُّنْيَا لَمْ يَعْرِفُوا اللَّهُ بِهَا.
Imam al-Haramain, al-Faqih Abu Bakar bin al-‘Arabi dan Imam Saifuddin al-Amidi berkata: “Generasi (ulama’) salaf umat Islam telah sepakat sebelum merebaknya perbedaan-perbedaan; atau mayoritas generasi (ulama’) salaf telah sepakat setelah merebaknya perbedaan-perbedaan; tentang keyakinan adanya kehidupan orang-orang yang sudah meninggal dunia di alam kubur mereka; adanya pertanyaan dua malaikat kepada ahli kubur; dan adanya adzab kubur bagi orang-orang yang durhaka dan orang-orang kafir. Dan firman Allah SWT: Dan telah menghidupkan kami dua kali (pula) (Q.S. al-Mu’min [40]: 11)
ثُمَّ اِعْلَمْ أَنَّ مَا تَضَمَّنَهُ هَذَا اَلْحَدِيثُ ، مِنْ مَلِكِ الْمَوْتِ وَمُنْكَرٍ وَنَكِيرٍ وَغَيْرِهِمْ وَمَنَازِل الْآخِرَةِ : مِنَ الْأُمُورِ الْمُتَشَابِهَاتِ وَصْفًا، لَا طَرِيقَ لِأَحَدٍ فِي إِدْرَاكِ شَيْءِ مِنْ أَوْصَافِهَا بِالْعَقْلِ، فَيَكُونُ الْعَبْدُ بِهِ مُبْتَلًى بِنَفْسِ الِاعْتِقَادِ لَا غَيْرُ، وَأَنَّ أَهْلَ السُّنَّةِ اِتَّفَقُوا عَلَى أَنَّ الْأَمْوَاتَ يَنْتَفِعُونَ مِنْ سَعْيِ الْأَحْيَاءِ بِأَمْرَيْنِ : أَحَدُهُمَا مَا تَسَبَّبَ إِلَيْهِ الْمَيِّتُ فِي حَيَاتِهِ ، وَالثَّانِي دُعَاءِ الْمُسْلِمِينَ وَاسْتِغْفَارِهِمْ لَهُ وَالصَّدَقَةِ وَالْحَجِّ عَنْهُ.
Ketahuilah! Bahwa apa yang dikandung oleh Hadis ini, mulai dari malaikat maut, Munkar, Nakir, dan malaikat-malaikat lain; tempat-tempat di akhirat; semua itu termasuk perkara-perkara yang bersifat mutasyabbihat, yaitu tidak ada jalan bagi seorangpun untuk memahami sedikitpun dari sifat-sifatnya berdasarkan akal. Jadi, seorang hamba diuji keyakinan-nya dengan perkara mutasyabbihat tersebut, bukan untuk tujuan lain. Sesungguhnya kelompok Ahlussunnah wal Jama’ah sepakat bahwa orang-orang yang wafat dapat memperoleh manfaat dari usaha orang-orang yang masih hidup, melalui dua perkara, yaitu: 1) Perkara yang keberadaannya disebabkan oleh (atas jasa) si mayat ketika masih hidup. 2) Do'a dan istighfar kaum muslimin yang ditujukan kepada si mayat; demikian juga dengan shadaqah dan haji yang ditujukan kepada si mayat.
وَاخْتَلَفُوا فِي الْعِبَادَاتِ الْبَدَنِيَّةِ كَالصَّوْمِ وَالصَّلَاةِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ وَالذِكْرِ ، فَذَهَبَ جُمْهُورُ السَّلَفِ إِلَى وُصُولِهَا ، وَذَهَبَ أَهْلُ الْبِدَعِ إِلَى عَدَمِ وُصُولِ شَيْءِ اَلْبَتَّةَ، لَا الدُّعَاءُ وَلَا غَيْرُهُ. وَقَوْلُهُ مَرْدُودٌ بِالْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ ، وَاسْتِدْلَالُهُ بِقَوْلِهِ تَعَالَى : { وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى } مَدْفُوعٌ بِأَنَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لَمْ يَنْفِ اِنْتِفَاعَ الرَّجُلِ بِسَعْيِ غَيْرِهِ ، وَإِنَّمَا نَفَى مِلْكَ غَيْرِ سَعْيِهِ . وَأَمَّا سَعْيُ غَيْرِهِ فَهُوَ مِلْكٌ لَسَاعِيهِ ، فَإِنْ شَاءَ أَنْ يَبْذُلَهُ لِغَيْرِهِ، وَإِنْ شَاءَ أَنْ يَبْقِيَهُ لِنَفْسِهِ ، وَهُوَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لَمْ يَقُلْ إِنَّهُ لَا يَنْتَفِعُ إِلَّا بِمَا سَعَى
Namun para ulama’ Ahlussunnah wal Jama’ah masih berbeda pendapat dalam hal ibadah badaniyah, misalnya: puasa, shalat, membaca al-Qur'an dan dzikir. Jumhur ulama’ salaf berpendapat bahwa semua ibadah badaniyah itu (pahalanya) sampai kepada si mayat; sedangkan sebagian ahli bid’ah menyatakan bahwa (pahala) semua ibadah itu sama sekali tidak akan sampai kepada si mayat, baik berupa do'a maupun yang lainnya. Pernyataan mereka ini dapat dibantah (ditolak) oleh al-Qur'an dan al-Sunnah. Adapun istidlal (penggunaan dalil) mereka dengan firman Allah SWT: Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya (Q.S. al-Najm [53]: 39). Penggunaan dalil Ayat ini dibantah (ditolak), karena sesungguhnya Allah SWT tidak menafikan pengambilan manfaat seseorang terhadap usaha orang lain; sesungguhnya Allah SWT hanya menafikan kepemilikan terhadap usaha orang lain. Adapun usaha seseorang adalah milik orang yang berusaha itu sendiri; jika dia berkenan, maka dia boleh memberikan (hasil) usahanya kepada orang lain; dan jika dia berkenan, maka (hasil) usahanya tetap untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah SWT tidak berfirman: “Sesungguhnya seseorang tidak dapat memperoleh manfaat, kecuali apa yang telah dia usahakan”.