FASAL 2 :



‏( ﻓَﺼْﻞٌ ‏) ﻓِﻲْ ﺑَﻴَﺎﻥِ ﺗَﻤَﺴُّﻚِ ﺃَﻫْﻞِ ﺟَﺎﻭَﻯ ﺑِﻤَﺬْﻫَﺐِ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟﺴُّﻨَّﺔِ ﻭَﺍﻟْﺠَﻤَﺎﻋَﺔِ، ﻭَﺑَﻴَﺎﻥِ ﺍﺑْﺘِﺪَﺍﺀِ ﻇُﻬُﻮْﺭِ ﺍﻟْﺒِﺪَﻉِ ﻭَﺍﻧْﺘِﺸَﺎﺭِﻫَﺎ ﻓِﻲْ ﺃَﺭْﺽِ ﺟَﺎﻭَﻯ، ﻭَﺑَﻴَﺎﻥِ ﺃَﻧْﻮَﺍﻉِ ﺍﻟْﻤُﺒْﺘَﺪِﻋِﻴْﻦَ ﻓِﻲْ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟﺰَّﻣَﺎﻥِ

Fasal 2 : Penjelasan Tentang Berpegang Teguhnya Masyarakat Jawa Dengan Madzhab Ahli Sunnah Wal Jama’ah, Penjelasan Tentang Permulaan Tampaknya Bid’ah Serta Penyebarannya Ditanah Jawa Dan Penjelasan Tentang Macam-Macam Ahli Bid’ah Yang Ada Pada Zaman Ini


ﻗَﺪْ ﻛَﺎﻥَ ﻣُﺴْﻠِﻤُﻮﺍ ﺍﻟْﺄَﻗْﻄَﺎﺭِ ﺍﻟْﺠَﺎﻭِﻳَﺔِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺯْﻣَﺎﻥِ ﺍﻟﺴَّﺎﻟِﻔَﺔِ ﺍﻟْﺨَﺎﻟِﻴَﺔِ ﻣُﺘَّﻔِﻘِﻲ ﺍﻟْﺂﺭَﺍﺀِ ﻭَﺍﻟْﻤَﺬْﻫَﺐِ ﻭَﻣُﺘَّﺤِﺪِﻱ ﺍﻟْﻤَﺄْﺧَﺬِ ﻭَﺍﻟْﻤَﺸْﺮَﺏِ، ﻓَﻜُﻠُّﻬُﻢْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻔِﻘْﻪِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤَﺬْﻫَﺐِ ﺍﻟﻨَّﻔِﻴْﺲِ ﻣَﺬْﻫَﺐِ ﺍﻟْﺈِﻣَﺎﻡِ ﻣُﺤَﻤَّﺪِ ﺑْﻦِ ﺇِﺩْﺭِﻳْﺲَ، ﻭَﻓِﻲْ ﺃُﺻُﻮْﻝِ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦِ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺬْﻫَﺐِ ﺍﻟْﺈِﻣَﺎﻡِ ﺃَﺑِﻲ ﺍﻟْﺤَﺴَﻦِ ﺍﻟْﺄَﺷَﻌَﺮِﻱِّ، ﻭَﻓِﻲ ﺍﻟﺘَّﺼَﻮُّﻑِ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺬْﻫَﺐِ ﺍﻟْﺈِﻣَﺎﻡِ ﺍﻟْﻐَﺰَﺍﻟِﻲِّ ﻭَﺍﻟْﺈِﻣَﺎﻡِ ﺃَﺑِﻲ ﺍﻟْﺤَﺴَﻦِ ﺍﻟﺸَّﺎﺫِﻟِﻲِّ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻬُﻢْ ﺃَﺟْﻤَﻌِﻴْﻦَ

Umat Islam yang mendiami wilayah Jawa sejak zaman dahulu telah bersepakat dan menyatu dalam pandangan keagamaannya. Di bidang fiqh, mereka berpegang kepada madzhab Imam Syafi’i, di bidang ushuluddin berpegang kepada madzhab Abu al-Hasan al-Asy’ari, dan di bidang tasawwuf berpegang kepada madzhab Abu Hamid al-Ghazali dan Abu al-Hasan asy-Syadzili, semoga Allah meridhai mereka semua.


ﺛُﻢَّ ﺇِﻧَّﻪُ ﺣَﺪَﺙَ ﻓِﻲْ ﻋَﺎﻡِ ﺍَﻟْﻒٍ ﻭَﺛَﻠَﺎﺛِﻤِﺎﺋَﺔٍ ﻭَﺛَﻠَﺎﺛِﻴْﻦَ ﺃَﺣْﺰَﺍﺏٌ ﻣُﺘَﻨَﻮِّﻋَﺔٌ ﻭَﺁﺭَﺍﺀٌ ﻣُﺘَﺪَﺍﻓِﻌَﺔٌ ﻭَﺃَﻗْﻮَﺍﻝٌ ﻣُﺘَﻀَﺎﺭِﺑَﺔٌ، ﻭَﺭِﺟَﺎﻝٌ ﻣُﺘَﺠَﺎﺫِﺑَﺔٌ،

Kemudian pada tahun 1330  H timbul berbagai pendapat yang saling bertentangan, isu yang bertebaran dan pertikaian di kalangan para pemimpin.


ﻓَﻤِﻨْﻬُﻢْ ﺳَﻠَﻔِﻴُّﻮْﻥَ ﻗَﺎﺋِﻤُﻮْﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺃَﺳْﻠَﺎﻓُﻬُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺘَّﻤَﺬْﻫُﺐِ ﺑِﺎﻟْﻤَﺬْﻫَﺐِ ﺍﻟْﻤُﻌَﻴَّﻦِ ﻭَﺍﻟﺘَّﻤَﺴُّﻚِ ﺑِﺎﻟْﻜُﺘُﺐِ ﺍﻟْﻤُﻌْﺘَﺒَﺮَﺓِ ﺍﻟْﻤُﺘَﺪَﺍﻭِﻟَﺔِ، ﻭَﻣَﺤَﺒَّﺔِ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﺒَﻴْﺖِ ﻭَﺍﻟْﺄَﻭْﻟِﻴَﺎﺀِ ﻭَﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤِﻴْﻦَ، ﻭَﺍﻟﺘَّﺒَﺮُّﻙِ ﺑِﻬِﻢْ ﺃَﺣْﻴَﺎﺀً ﻭَﺃَﻣْﻮَﺍﺗًﺎ، ﻭَﺯِﻳَﺎﺭَﺓِ ﺍﻟْﻘُﺒُﻮْﺭِ ﻭَﺗَﻠْﻘِﻴْﻦِ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﻭَﺍﻟﺼَّﺪَﻗَﺔِ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺍﻋْﺘِﻘَﺎﺩِ ﺍﻟﺸَّﻔَﺎﻋَﺔِ ﻭَﻧَﻔْﻊِ ﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀِ ﻭَﺍﻟﺘَّﻮَﺳُّﻞِ ﻭَﻏَﻴْﺮِ ﺫَﻟِﻚَ .

Diantara mereka ada yang berafiliasi pada kelompok Salafiyyin yang memegang teguh tradisi para tokoh pendahulu. Mereka bermadzhab kepada satu madzhab tertentu dan berpegang teguh kitab-kitab mu’tabar, kecintaan terhadap Ahlul Bait Nabi, para wali dan orang-orang salih. Selain itu juga tabarruk dengan mereka baik ketika masih hidup atau setelah wafat, ziarah kubur, mentalqin mayit, bersedekah untuk mayit, meyakini syafaat, manfaat doa dan tawassul serta lain sebagainya

.

ﻭﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻓِﺮْﻗَﺔٌ ﻳَﺘَّﺒِﻌُﻮْﻥَ ﺭَﺃْﻱَ ﻣُﺤَﻤَّﺪْ ﻋَﺒْﺪُﻩْ ﻭَﺭَﺷِﻴﺪْ ﺭِﺿَﺎ، ﻭَﻳَﺄْﺧُﺬُﻭْﻥَ ﻣِﻦْ ﺑِﺪْﻋَﺔِ ﻣُﺤَﻤَّﺪِ ﺑْﻦِ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟْﻮَﻫَّﺎﺏِ ﺍﻟﻨَّﺠْﺪِﻱْ ، ﻭَﺃَﺣْﻤَﺪَ ﺑْﻦِ ﺗَﻴْﻤِﻴَّﺔَ ﻭَﺗِﻠْﻤِﻴْﺬَﻳْﻪِ ﺍﺑْﻦِ ﺍﻟْﻘَﻴِّﻢِ ﻭَﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟْﻬَﺎﺩِﻱْ

Diantara mereka (sekte yang muncul pada kisaran tahun 1330 H.), terdapat juga kelompok yang mengikuti pemikiran Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Mereka melaksanakan kebid’ahan Muhammad bin Abdul Wahhab an-Najdi, Ahmad bin Taimiyah serta kedua muridnya, Ibnul Qoyyim dan Abdul Hadi.


ﻓَﺤَﺮَّﻣُﻮْﺍ ﻣَﺎ ﺃَﺟْﻤَﻊَ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤُﻮْﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﻧَﺪْﺑِﻪِ، ﻭَﻫُﻮَ ﺍﻟﺴَّﻔَﺮُ ﻟِﺰِﻳَﺎﺭَﺓِ ﻗَﺒْﺮِ ﺭَﺳُﻮْﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ، ﻭَﺧَﺎﻟَﻔُﻮْﻫُﻢْ ﻓِﻴْﻤَﺎ ﺫُﻛِﺮَ ﻭَﻏَﻴْﺮِﻩِ

Mereka mengharamkan hal-hal yang telah disepakati oleh orang-orang Islam sebagai sebuah kesunnahan, yaitu bepergian untuk menziarahi makam Rasulullah Saw. serta berselisih dalam kesepakatan-kesepakatan lainnya.


ﻗَﺎﻝَ ﺍﺑْﻦُ ﺗَﻴْﻤِﻴَّﺔَ ﻓِﻲْ ﻓَﺘَﺎﻭِﻳْﻪِ : ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺳَﺎﻓَﺮَ ﻟِﺎﻋْﺘِﻘَﺎﺩِ ﺃَﻧَّﻬﺎ ﺃَﻱْ ﺯِﻳَﺎﺭَﺓَ ﻗَﺒْﺮِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻃَﺎﻋَﺔٌ، ﻛَﺎﻥَ ﺫَﻟِﻚَ ﻣُﺤَﺮَّﻣًﺎ ﺑِﺈِﺟْﻤَﺎﻉِ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ، ﻓَﺼَﺎﺭَ ﺍﻟﺘَّﺤْﺮِﻳْﻢُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺄَﻣْﺮِ ﺍﻟْﻤَﻘْﻄُﻮْﻉِ ﺑِﻪِ

Ibnu Taimiyah menyatakan dalam Fatawa-nya: “Jika seseorang bepergian dengan berkeyakinan bahwasanya mengunjungi makam Nabi Saw. sebagai sebuah bentuk ketaatan, maka perbuatan tersebut hukumnya haram dengan disepakati oleh umat Muslim. Maka keharaman tersebut termasuk perkara yang harus ditinggalkan.”


ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﻌَﻠَّﺎﻣَﺔُ ﺍﻟﺸَّﻴْﺦُ ﻣُﺤَﻤَّﺪْ ﺑَﺨِﻴﺖْ ﺍَﻟْﺤَﻨَﻔِﻲُّ ﺍَﻟْﻤُﻄِﻴْﻌِﻲُّ ﻓِﻲْ ﺭِﺳَﺎﻟَﺘِﻪِ ﺍَﻟْﻤُﺴَﻤَّﺎﺓِ ﺗَﻄْﻬِﻴْﺮَ ﺍﻟْﻔُﺆَﺍﺩِ ﻣِﻦْ ﺩَﻧَﺲِ ﺍﻟْﺈِﻋْﺘِﻘَﺎﺩِ : ﻭَﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻔَﺮِﻳْﻖُ ﻗَﺪْ ﺍُﺑْﺘُﻠِﻲَ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤُﻮْﻥَ ﺑِﻜَﺜِﻴْﺮٍ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﺳَﻠَﻔًﺎ ﻭَﺧَﻠَﻔًﺎ، ﻓَﻜَﺎﻧُﻮْﺍ ﻭَﺻْﻤَﺔً ﻭَﺛُﻠْﻤَﺔً ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ ﻭَﻋُﻀْﻮًﺍ ﻓَﺎﺳِﺪًﺍ

Al-‘Allamah Syaikh Muhammad Bakhit al-Hanafi al-Muth’i menyatakan dalam kitabnya Thathhir al-Fuad min Danas al-I’tiqad bahwa: “Kelompok ini sungguh menjadi cobaan berat bagi umat Muslim, baik salaf maupun khalaf. Mereka adalah duri dalam daging yang hanya merusak keutuhan Islam.”


ﻳَﺠِﺐُ ﻗَﻄْﻌُﻪُ ﺣَﺘَّﻰ ﻟَﺎ ﻳُﻌْﺪِﻯ ﺍﻟْﺒَﺎﻗِﻲَ ، ﻓَﻬُﻮَ ﻛَﺎﻟْﻤَﺠْﺬُﻭْﻡِ ﻳَﺠِﺐُ ﺍﻟْﻔِﺮَﺍﺭُ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ، ﻓَﺈِﻧَّﻬُﻢْ ﻓَﺮِﻳْﻖٌ ﻳَﻠْﻌَﺒُﻮْﻥَ ﺑِﺪِﻳْﻨِﻬِﻢْ ﻳَﺬُﻣُّﻮْﻥَ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀَ ﺳَﻠَﻔًﺎ ﻭَﺧَﻠَﻔًﺎ

Maka wajib menanggalkan/menjauhi (penyebaran) ajaran mereka agar yang lain tidak tertular. Mereka laksana penyandang lepra yang mesti dijauhi. Mereka adalah kelompok yang mempermainkan agama mereka. Hanya bisa menghina para ulama, baik salaf maupun khalaf.


ﻭَﻳَﻘُﻮْﻟُﻮْﻥَ : ﺇِﻧَّﻬُﻢْ ﻏَﻴْﺮُ ﻣَﻌْﺼُﻮْﻣِﻴْﻦَ ﻓَﻠَﺎ ﻳَﻨْﺒَﻐِﻲْ ﺗَﻘْﻠِﻴْﺪُﻫُﻢْ ، ﻟَﺎ ﻓَﺮْﻕَ ﻓِﻲْ ﺫَﻟِﻚَ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟْﺄَﺣْﻴَﺎﺀِ ﻭَﺍﻟْﺄَﻣْﻮَﺍﺕِ 

Mereka menyatakan: “Para ulama bukanlah orang-orang yang terbebas dari dosa, maka tidaklah layak mengikuti mereka, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal.” 


ﻳَﻄْﻌَﻨُﻮْﻥَ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻭَﻳُﻠْﻘُﻮْﻥَ ﺍﻟﺸُّﺒَﻬَﺎﺕِ، ﻭَﻳَﺬُﺭُّﻭْﻧَﻬَﺎ ﻓِﻲْ ﻋُﻴُﻮْﻥِ ﺑَﺼَﺎﺋِﺮِ ﺍﻟﻀُّﻌَﻔَﺎﺀِ ، ﻟِﺘَﻌْﻤَﻰ ﺃَﺑْﺼَﺎﺭُﻫُﻢْ ﻋَﻦْ ﻋُﻴُﻮْﺏِ ﻫَﺆُﻟَﺎﺀِ

Mereka menyebarkan (pandangan/asumsi) ini pada orang-orang bodoh agar tidak dapat mendeteksi kebodohan mereka.


ﻭَﻳَﻘْﺼِﺪُﻭْﻥَ ﺑِﺬَﻟِﻚَ ﺇِﻟْﻘَﺎﺀَ ﺍﻟْﻌَﺪَﺍﻭَﺓِ ﻭَﺍﻟْﺒَﻐْﻀَﺎﺀِ ، ﺑِﺤُﻠُﻮْﻟِﻬِﻢْ ﺍَﻟْﺠَﻮَّ ﻭَﻳَﺴْﻌَﻮْﻥَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻓَﺴَﺎﺩًﺍ ، ﻳَﻘُﻮْﻟُﻮْﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟْﻜَﺬِﺏَ ﻭَﻫُﻢْ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮْﻥَ،.

Maksud dari propaganda ini adalah munculnya permusuhan dan kericuhan. Dengan penguasaan atas jaringan teknologi, mereka membuat kerusakan di muka bumi. Mereka menyebarkan kebohongan mengenai Allah, padahal mereka menyadari kebohongan tersebut.


ﻳَﺰْﻋُﻤُﻮْﻥَ أَﻧَّﻬُﻢْ ﻗَﺎﺋِﻤُﻮْﻥَ ﺑِﺎﻟْﺄَﻣْﺮِ ﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُﻭْﻑِ ﻭَﺍﻟﻨَّﻬْﻲِ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻤُﻨْﻜَﺮِ ، ﺣَﺎﺿُّﻮْﻥَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﺗِّﺒَﺎﻉِ ﺍﻟﺸَّﺮْﻉِ ﻭَﺍﺟْﺘِﻨَﺎﺏِ ﺍﻟْﺒِﺪَﻉِ ، ﻭَﺍﻟﻠﻪُ ﻳَﺸْﻬَﺪُ ﺇِﻧَّﻬُﻢْ ﻟَﻜَﺎﺫِﺑُﻮْﻥَ .

Mereka menganggap dirinya melaksanakan amar makruf nahi munkar, merecoki masyarakat dengan mengajak untuk mengikuti ajaran-ajaran syariat dan menjauhi kebid’ahan. Padahal Allah Maha Mengetahui, bahwa mereka berbohong.


قُلْتُ: وَلَعَلَّ وَجْهَهُ أَنَّهُمْ مِنْ أَهْلِ الْبِدَعِ وَالْأَهْوَاءِ

Saya berkata: Mungkin arah dari ucapan syeikh bakhit tentang kelompok salafi-wahabi tersebut adalah adalah bahwa mereka termasuk orang-orang ahli bid’ah dan pengikut hawa nafsu.


 قَالَ الْقَاضيْ عِيَاضٌ فِي الشِّفَا: وَكَانَ مُعْظَمُ فَسَادِهِمْ عَلَى الدِّيْنِ وَقَدْ يَدْخُلُ فِيْ أُمُوْرِ الدُّنْيَا بِمَا يُلْقُوْنَ بَيْنَ الْمُسْلِمِيْنَ مِنَ الْعَدَاوَةِ الدِّيْنِيَّةِ الَّتِيْ تَسْرِيْ لِدُنْيَاهُمْ.

Al-Qodhi Iyad mengatakan dalam kitab Al-Shifa: Mayoritas kerusakan yang mereka perbuat adalah pada persoalan agama islam, dan bahkan mungkin melibatkan urusan duniawi, termasuk permusuhan agama yang mereka ciptakan di antara sesama umat Islam.


قَالَ الْعَلَّامَةُ مُلَّا عَلِيٍّ اَلْقَارِيِّ فِيْ شَرْحِهِ: وَقَدْ حَرَّمَ اللهُ تَعَالَى اَلْخَمْرَ وَالْمَيْسِرَ لِهَذِهِ الْعِلَّةِ كَمَا قَالَ تَعَالَى {إِنَّمَا يُرِيْدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوْقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ}.

Al-Alamah Mulla Ali Al-Qaari mengatakan dalam penjelasannya kitab As-Syifa : Allah Yang Maha Esa telah mengharamkan minuman khamr dan perjudian karena alasan ini (menciptakan kerusakan akhirat dan dunia serta dapat menimbulkan perpecahan), sebagaimana Allah SWT bersabda: “Syetan hanya ingin menciptakan di antara kamu permusuhan dan kebencian karena anggur dan perjudian.”


وَمِنْهُمْ رَافِضِيُّوْنَ يَسُبُّوْنَ سَيِّدَنَا أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا وَيَكْرَهُوْنَ الصَّحَابَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَيُبَالِغُوْنَ هَوَى سَيِّدِنَا عَلِيٍّ وَأَهْلِ بَيْتِهِ رِضْوَانُ اللهِ عَلَيْهِمْ.

Diantara mereka (ahli bid’ah) adalah kaum rafidhah, mereka mencela sayidina abu bakar dan umar -semoga Allah meridhoi mereka berdua- mereka juga membenci para sahabat -semoga allah meridhoi mereka- dan mereka berlebihan dalam mencintai sayyidina ali dan keluarganya -semoga keridhoan Allah senantiasa tetap atas mereka-.


قَالَ السَّيِّدُ مُحَمَّدٌ فِيْ شَرْحِ الْقَامُوْسِ: وَبَعْضُهُمْ يَرْتَقِيْ إِلَى الْكُفْرِ وَالزَّنْدَقَةِ أَعَاذَنَا اللهُ وَالْمُسْلِمِيْنَ مِنْهَا.

Sayid Muhammad berkata didalam syarah al-qomus : sebagain dari kelompok syiah rafidhah melampai batas sampai pada tahapan kufur dan zindiq (semoga allah senantiasa melindungi kita darinya)


قَالَ الْقَاضِيْ عِيَاضٌ فِي الشِّفَا: عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مُغَفَّلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {اللهَ اللهَ فِيْ أَصْحَابِي اللهَ اللهَ فِيْ أَصْحَابِيْ، لَا تَتَّخِذوْهُمْ غَرَضًا بَعْدِيْ، فَمَنْ أَحَبَّهُمْ فَبِحُبّيْ أَحَبَّهُمْ، وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ فَبِبُغْضِيْ أَبْغَضَهُمْ، وَمَنْ آذَاهُمْ فَقَدْ آذَانِيْ، وَمَنْ آذَانِيْ فَقَدْ آذَى اللهَ، وَمَنْ آذَى اللهَ يُوْشِكُ أَنْ يَأْخُذَهُ}،

Imam qodhi iyadh berkata didalam kitab as-syifa :  dari Abdullah bin mughoffal -semoga allah meridhoinya- ia berkata : rasulullah SAW berkata : "Bertakwalah kalian kepada Allah, bertakwalah kalian kepada Allah terhadap hak-hak para sahabatku, janganlah kalian menjadikan mereka sebagai sasaran (dalam cacian dan cercaan) sepeninggalku, barangsiapa yang mencintai mereka, maka dengan kecintaanku, aku pun mencintai mereka, dan barangsiapa membenci mereka, maka dengan kebencianku, aku pun membenci mereka (yang membenci sahabat), barangsiapa menyakiti mereka, sungguh ia telah menyakitiku, barangsiapa menyakitiku, berarti ia telah menyakiti (berbuat dzalim kepada) Allah, barangsiapa menyakiti (berbuat dzalim kepada)  Allah, maka hampir saja Allah menyiksanya."


وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {لَا تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ، فَمَنْ سَبَّهُمْ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَاسِ أَجْمَعِيْنَ، لَا يَقْبَلُ اللهُ مِنْهُ صَرْفاً ولاَ عَدْلاً}،

Rasulullah SAW bersabda : janganlah kalian mencela sahabt-sahabatku, barangsiapa yang mencelanya tetaplah atas dirinya mendapatkan laknat dari Allah SWT, para malaikat, dan manusia semuanya , Allah tidak menerima amal ibadah wajibnya dan tidak menerima pula amal ibadah sunnahnya.


وقال صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِي، فإنهُ يَجِىْءُ قَوْمٌ فِيْ آخِرِ الزَمَانِ يَسُبُّوْنَ أَصْحَابِيْ، فَلاَ تُصَلوّا عَلَيْهِمْ، وَلاَ تُصَلَوّا مَعَهُمْ، وَلاَ تناكِحُوْهُمْ، وَلاَ تُجَالِسُوْهُمْ، وَإِنْ مَرِضُوْا فَلاَ تَعُوْدُوْهُم }،

Rasulullah SAW bersabda : janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku, maka sesungguhnya akan dating suatu kaum diakhir zaman orang-orang yang mencela sahabat-sahabatku, maka janganlah kalian menshalatinya, jangan shalat bersamanya, jangan menikah dengannya, jangan duduk bersamanya, dan jika mereka sakit janganlah kalian menjenguknya.


وَعَنْهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ سَبَّ أَصْحَابِيْ فَاضْرِبُوْهُ

Dari rasullullah SAW : barangsiapa yang mencela sahabat-sahabatku maka pukullah oleh kalian.


وَقَدْ أَعْلَمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ سَبَّهُمْ وَأَذَاهُمْ يُؤْذِيْهِ، وَآذَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَرَامٌ، فَقَالَ: {لَا تُؤْذُوْنِيْ فِيْ أَصْحَابِيْ، وَمَنْ آذَاهُمْ فَقَدْ آذَانِيْ}، وَقَالَ: {لَا تُؤْذُوْنِيْ فِيْ عَائِشَةَ}،

Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan kita bahwa mencela para sahabat dan menyakiti mereka itu merupakan Tindakan yang menyakiti nabi Muhammad SAW. Sedangkan menyakiti nabi itu haram hukumnya


وَقَالَ فِيْ فَاطِمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا: {بِضْعَةٌ مِنِّيْ، يُؤْذِيْنِيْ مَا آذَاهَا}.

Nabi Muhammad SAW berkata didalam soal siti fatiham -semoga Allah merodhoinya- : Fatimah adalah darah dagingku, apa yang menyakitinya juga menyakitiku


وَمِنْهُمْ إِبَاحِيُّوْنَ يَقُوْلُوْنَ: إِنَّ الْعَبْدَ إذَا بَلَغَ غَايَةَ الْمَحَبَّةِ وَصَفَا قَلْبُهُ مِنَ الْغَفْلَةِ، وَاخْتَارَ الْإِيْمَانَ عَلَى الْكُفْرِ وَالْكُفْرَانِ سَقَطَ عَنْهُ الْأَمْرُ وَالنَّهْيُ، وَلَا يُدْخِلُهُ اللهُ النَّارَ بِارْتِكَابِ الْكَبَائِرِ.

Diantara mereka (ahli bid’ah) adalah kelompok ibahiah, mereka berkata : sesungguhnya seorang hamba jika sudah mencapai puncak mahabbah, telah bersih hatinya dari kelalaian, telah memilih iman atas kekufuran dan kekafiran, maka hilanglan perintah dan larangan agama darinya, Allah tidak akan memasukannya kedalam neraka walaupun ia melakukan dosa besar.


وَبَعْضُهُمْ يَقُوْلُ: إِنَّهُ تَسْقُطُ عَنْهُ الْعِبَادَاتُ الظَّاهِرَةُ وَتَكُوْنُ عِبَادَتُهُ التَّفَكُّرَ وَتَحْسِيْنَ الْأَخْلَاقِ الْبَاطِنَةِ.

Sebagian dari mereka berkata : sesungguhnya ibdadah dzahir (fisik) menjadi hilang baginya, ibadahnya saat ini adalah tafakur dan memperbaiki akhlak bathin saja


قَالَ السَّيِّدُ مُحَمَّدٌ فِيْ شَرْحِ الْإِحْيَاءِ: وَهَذَا كُفْرٌ وَزَنْدَقَةٌ وَضَلَالَةٌ، وَلَكِنْ اَلْإِبَاحِيُّوْنَ مَوْجُوْدُوْنَ مِنْ قَدِيْمِ الزَّمَانِ، جُهَّالٌ ضَلَّالٌ لَيْسَ لَهُمْ رَأْسٌ يَعْلَمُ الْعِلْمَ الشَّرْعِيَّ كَمَا يَنْبَغِيْ.

Sayyid Muhammad berkata didalam kitab syarah ihya ulumidiin : ini (keyakinan dan perkataan ibahiyah) adalah kekufuran, zindiq, dan kesesatan. Akan tetapi, kaum ibahiyyah sudah ada semenjak masa yang lalu. Mereka merupakan orang jahil, sesat, dan tidak memiliki kepala yang dapat mengetahui hukum syariat sebagaimana layaknya.


وَمِنْهُمْ مَنْ قَالَ بِتَنَاسُخِ الْأَرْوَاحِ وَانْتِقَالِهَا أَبَدَ الْآبَادِ فِي الْأَشْخَاصِ تَخْرُجُ مِنْ بَدَنِ الْآخَرِ مِنْ جِنْسِهِ أَوْ غَيْرِهِ. وَزَعَمَ هَؤُلَاءِ أَنَّ تَعْذِيْبَهَا وَتَنْعِيْمَهَا فِيْهَا بِحَسَبِ زَكَائِهَا وَخُبْثِهَا.

Diantara mereka (ahli bid’ah) adalah orang-orang yang berpendapat tentang reinkarnasinya arwah, berpindah-pindahnya arwah selama-lamanya didalam berbagai individu. Arwah keluar dari badan orang lain dari sejenisnya atau orang selainnya. Mereka menyangka bahwa tersiksanya arwan dan diberi kenikmatannya tergantung dengan kesucian dan kekotorannya arwah tersebut.


قَالَ الشِّهَابُ الْخَفَاجِيُّ فِيْ شَرْحِهِ عَلَى الشِّفَا: وَقَدْ كَفَّرَهُمْ أَهْلُ الشَّرْعِ لِمَا فِيْهِ مِنْ تَكْذِيْبِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَكُتُبِهِ.

Syeikh syihab al-khoffaji didalam kitas syarah as-syifa berkata : ahli syariat telah mengkafirkan mereka, karena apa yang ada didalam keyakinan mereka berupa menyatakan pendustaan terhadap Allah, rasulnya Allah dan kitab sucinya Allah SWT.


وَمِنْهُمْ مَنْ قَالَ بِالْحُلُوْلِ وَالْاِتِّحَادِ، وَهُمْ جَهَلَةُ الْمُتَصَوِّفَةِ، يَقُوْلُوْنَ: إِنَّهُ تَعَالَى اَلْوُجُوْدُ الْمُطْلَقُ، وَإِنَّ غَيْرَهُ لَا يَتَّصِفُ بِالْوُجُوْدِ أَصْلًا، حَتَّى إِذَا قَالُوْا: اَلْإِنْسَانُ مَوْجُوْدٌ، فَمَعْنَاهُ أَنَّ لَهُ تَعَلُّقًا بِالْوُجُوْدِ الْمُطْلَقِ، وَهُوَ اللهُ تَعَالَى.

Diantara mereka (ahli bid’ah) adalah orang yang berkata dengan adanya hulul (ditempati tuhan) dan ittihad (meyatu dengan tuhan), mereka adalah orang-orang bodoh dari kaum ahli sufi. Mereka berkata : sesungguhnya Allah SWT itu adalah wujud yang mutlak, sedangkan selain Allah tidaklah tersifati dengan wujud sama sekali” sampai-sampai mereka berkata : manusia itu maujud, arti dari kata manusia itu maujud adalah adanya hubungan antara manusia dengan wujud mutlak yaitu Allah SWT.


قَالَ الْعَلَّامَةُ اَلْأَمِيْرُ فِيْ حَاشِيَةِ عَبْدِ السَّلَامِ: وَهُوَ كُفْرٌ صَرِيْحٌ، وَلَا حُلُوْلَ وَلَا اِتِّحَادَ،

Al-Alamah Al-Amir didalam kitab hasyiah abdi salam berkata : ia (keyakinan ittihad dan hulul) adalah kekafiran yang nyata, pada hakikatnya tidak ada hulul dan tidak ada ittihad


فَإِنْ وَقَعَ مِنْ أَكَابِرِ الْأَوْلِيَاءِ مَا يُوْهِمُ ذَلِكَ أُوِّلَ بِمَا يُنَاسِبُهُ كَمَا يَقَعُ مِنْهُمْ فِيْ وَحْدَةِ الْوُجُوْدِ، كَقَوْلِ بَعْضِهِمْ: “مَا فِي الْجُبَّةِ إِلَّا اللهُ”، أَرَادَ أَنَّ مَا فِي الْجُبَّةِ، بَلْ وَالْكَوْنِ كُلِّهِ لَا وُجُوْدَ لَهُ إِلَّا بِاللهِ.

Maka, jika terjadi sesuatu yang membuat salah sangka adanya hulul dan ittihad pada perkataan para ulama haruslah di ta’wilkan (dialihkan ma’nanya kepada arti yang lebih sesuai), contohnya seperti ucapan Sebagian dari ahli tasauwf : tidak ada sesuatu apapun didalam jubah ini kecuali Allah SWT., ia mengatakan demikian dengan niat sesungguhnya tidaklah ada apapun didalam jubbah bahkan tidak ada semesta alam semuanya, karena tidak ada wujud baginya kecuali karena Allah SWT


وَقَالَ فِيْ لَوَاقِحِ الْأَنْوَارِ: مِنْ كَمَالِ الْعِرْفَانِ شُهُوْدُ عَبْدٍ وَرَبٍّ، وَكُلُّ عَارِفٍ نَفَى شُهُوْدَ الْعَبْدِ فِيْ وَقْتٍ مَا فَلَيْسَ هُوَ بِعَارِفٍ، وَإِنَّمَا هُوَ فِيْ ذَلِكَ الْوَقْتِ صَاحِبُ حَالٍ، وَصَاحِبُ الْحَالِ سَكْرَانُ لَا تَحْقِيْقَ عِنْدَهُ،

Al-Alamah Amir berkata didalam kitab Lawaqih Anwar : diantara kesempurnaan irfan (mengenal Allah) adalah syuhud abdin wa rabbin (persaksian seorang hamba dan tuhan) setiap ahli ma’rifat yang meniadakan persaksian seorang hamba didalam waktu manapun, maka ia bukanlah termasuk seorang arif (ahli ma’rifat). Sesungguhnya ia pada waktu itu hanyalah shahibul hal (orang yang ada dalam kondisi bathin tertentu), dan orang yang dalam kondisi tersebut itu sedang mabuk tidak ada kepastian disisinya.


فَظَهَرَ مِمَّا ذُكِرَ أَنَّ الْمُرَادَ بِوَحْدَةِ الْوُجُوْدِ وَالْاِتِّحَادِ فِيْ مَذْهَبِ الْقَوْمِ لَيْسَ عَلَى الظَّاهِرِ الْمُتَوَهَّمِ.

Maka Menjadi jelaslah dari apa yang telah disebutkan bahwa sesungguhnya yang di maksud dengan “wahdatul wujud” dan “ittihad” dalam pengertian madzhab kaum sufi bukanlah seperti perkara dzahir yang disalah sangka-kan


وَإِذَا كَانَتْ عَبَدَةُ الْأَوْثَانِ يَقُوْلُوْنَ: “مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُوْنَا إِلَى اللهِ زُلْفَى”، وَلَمْ يَقُوْلُوْا: “هُمْ اَللهُ”، كَيْفَ يُظَنُّ ذَلِكَ بِالْعَارِفِيْنَ،

Jika penyembah berhala berkata : kami tidaklah menyembah berhala kecuali untuk mendekatkan dirikami kepada Allah” dan mereka tidaklah berkata bahwa berhala tersebut adalah Allah. Maka bagaimana bisa hal seperti ini diprasangka kan kepada orang yang ahli ma’rifat.


وَإِنَّمَا الْمُرَادُ قَوْلُ الْعَارِفِ: 

Sesungguhnya yang dimaksud dengan ittihad adalah sebagaimana ucapan orang arif :


وَعِلْمُكَ أَنَّ كُلَّ الْأَمْرِ أَمْرِيْ >< هُوَ الْمَعْنَى الْمُسَمَّى بِاتِّحَادِ

 pengetahuan kamu bahwa sesungguhnya setiap perkara itu adalah perkaranya Allah hal itulah yang dinamakan dengan ittihad.


وَلَا بُدَّ عِنْدَ كُلِّ مُسْلِمٍ مِنْ حَظٍّ فِيْ هَذَا الْمَقَامِ وَإِنْ تَفَاوَتُوْا.

Tidak boleh tidak (maksudnya wajib) bagi setiap orang muslim dari memiliki Sebagian dari maqom ini, walaupun masing-masing dari mereka berbeda-beda tingkatannya.


وَإِنَّمَا أَطَلْتُ الْكَلَامَ عَلَى هَذِهِ الطَّائِفَةِ لِأَنَّ ضَرَرَهُمْ عَلَى الْمُسْلِمِيْنَ أَكْثَرُ مِنْ ضَرَرِ جَمِيْعِ الْكَفَرَةِ وَالْمُبْتَدِعِيْنَ،

Saya berbicara panjang lebar mengenai kelompok ini karena kerugian yang mereka timbulkan terhadap umat Islam lebih besar dibandingkan kerugian yang ditimbulkan orang kafir dan para ahli bid’ah.


فَإِنَّ كَثِيْرا مِنَ النَّاسِ يُعَظِّمُوْنَهُمْ وَيَسْمَعُوْنَ كَلَامَهُمْ مَعَ جَهْلِهِمْ بِأَسَالِيْبِ الْكَلَامِ الْعَرَبِيِّ.

Sesungguhnya banyak sekali orang yang menghormati mereka (ahli sufi yang sesat dengan da’wah ittihad dan hulul) dan mendengarkan kata-kata mereka, meskipun mereka para pengikutnya itu tidak mengetahui uslub pembicaraan bahasa Arab.


وَقَدْ رَوَى الْأَصْمُعِيُّ عَنِ الْخَلِيْلِ عَنْ أَبِيْ عَمْرِو بْنِ الْعَلَاءِ أَنَّهُ قَالَ: أَكْثَرُ مَنْ تَزَنْدَقَ بِالْعِرَاقِ لِجَهْلِهِمْ بِالْعَرَبِيَّةِ، وَهُمْ بِاعْتِقَادِهِمْ اَلْحُلُوْلَ وَالْاِتِّحَادَ كَفَرَةٌ.

Al-Asma'i meriwayatkan dari riwayat Al-Khalil, dari riwayat Abu Amr bin Al-Ala', bahwa beliau berkata: Sebagian besar penduduk Irak menjadi bid'ah karena ketidaktahuan mereka terhadap bahasa Arab, dan Mereka beriman pada hulul dan ittihad adalah kekufuran.


قَالَ الْقَاضِي الْعِيَاضُ فِي الشِّفَا: إِنَّ كُلَّ مَقَالَـةٍ صَرَّحَتْ بِنَفْيِ الرُّبُـوْبِـيَّةِ أَو الوَحْدَانِيَّةِ أَوْ عِبَادَةِ غَيْرِ اللهِ أَوْ مَعَ اللهِ فَهِيَ كُفْرٌ كَمَقَالَةِ الدَّهْرِيَّةِ وَالنَّصَارَى وَالْمَجُوْسِ وَالَّذِيْنَ أَشْرَكُوْا بِعِبَادَةِ الأَوْثَانِ أَوْ الْمَلاَئِكَةِ أَو الشَّيَاطِيْنِ أَو الشَّمْسِ أَو النُّجُوْمِ أَو النَّارِ أَوْ أَحَدٍ غَيْرِ اللهِ.

Al-Qadhi Iyadh mengatakan dalam kitab  Al-Shifa: Setiap pernyataan yang secara tegas mengingkari ketuhanan Allah, keesaan Allah, atau mengandung penyembahan pada selain Allah atau penyembahan pada Allah beserta sesuatu lain adalah kekufuran, seperti halnya sebuah ucapan kaum dahriah (ateis), nashrani (Kristen), majusi (penyembahan berhala), orang yang menyekutukan ibadah pada allah dengan menyembah berhala atau dengan menyembah malaikat, atau dengan menyembah setan, atau dengan menyembah matahari, atau bintang, atau api, atau siapa pun selain Allah.


وَكَذلِكَ أَصْحَابُ الْحُلُوْلِ وَالتَّـنَاسُخِ، وَكَذلِكَ مَنْ اعْـتَرَفَ بِإِلـهِيَّةِ اللهِ وَوَحْدَانِـيَّتِهِ وَلكنَّهُ اعْتَـقَدَ أَنَّهُ غَيْرُ حَيٍّ أَوْ غَيْرُ قَدِيْمٍ أَوْ أَنَّهُ مُحْدَثٌ أَوْ مُصَوَّرٌ، أَوْ ادَّعَى لَهُ وَلَدًا أَوْ صَاحِبَةً، أَوْ أَنَّهُ مُتَوَلِّدٌ مِنْ شَىْءٍ أَوْ كَائِنٌ عَنْهُ، أَوْ أَنَّ مَعَهُ فِي الأَزَلِ شَيْئًا قَدِيْمًا غَيْرَهُ، أَوْ أَنَّ ثَمَّ صَانِعًا لِلْعَالَمِ سِوَاهُ أَوْ مُدَبِّرًا غَيْرَهُ، فَذلِكَ كُلُّهُ كُفْرٌ بِإِجْمَاعِ الْمُسْلِمِيْنَ.

Demikian pula orang-orang yang berpendapat “hulul” dan “tanasukh” (reinkarnasi), begitu pula orang-orang yang mengakui ketuhanan Tuhan dan keesaan-Nya tetapi meyakini bahwa Dia tidak hidup atau tidak bersifat Qadim (ada tanpa awal), atau diciptakan atau dibentuk, atau mengatakan bahwa Allah mempunyai anak atau pendamping, atau Allah itu dilahirkan dari sesuatu, atau Allah itu tercipta dari sesuatu lain, atau ada sesuatu lain  yang bersama Allah pada masa azali, Atau ada orang lain yang menciptakan atau mengelola dunia ini, maka semua ucapan-ucapan itu adalah kekafiran menurut berdasarkan ijma’ (kesepakatan) umat Islam.


وَكَذلِكَ مَن ادَّعَى مُجَالَسَةَ اللهِ تَعَالَى وَالعُرُوْجَ إِلَيْهِ وَمُكَالَمَتَهُ أَوْ حُلُوْلَهُ فِيْ أَحَدِ الأَشْخَاصِ كَقَوْلِ بَعْضِ الْمُتَصَوِّفَـةِ وَالبَاطِـنِيَّةِ وَالنَّصَارَى،

Demikian pula orang yang mengaku duduk bersama Allah Yang Maha Esa, naik kepada-Nya, berbicara kepada-Nya, atau mengaku ngaku bahwa Allah merasuki satu individu, seperti yang dikatakan sebagian sufi, kaum bathiniah, dan nashrani.


وَكَذلِكَ نَقْطَعُ عَلَى كُفْرِ مَنْ قَالَ بِقِدَمِ العَالَمِ أَوْ بَقَائِـهِ، أَوْ قَالَ بِتَـنَاسُخِ الأَرْوَاحِ وَانْتِـقَالِهَا أَبَدَ الآبَـادِ فِي الأَشْخَاصِ وَتَعْذِيْـبِهَا وَتَنْعِيْمِهَا بِحَسَبِ زَكَائِهَا وَخُبْثِهَا،

Demikian pula kami memastikan kekafiran terhadap orang yang mengatakan tentang qidamnya alam (semesta ada tanpa ada permulaan dan pencipta) atau mengatakan kekal nya Alam, atau mengatakan tentang reinkarnasi ruh dan perpindahan berpindahnya ruh dalam diri seseorang selama-lamanya pada berbagai individu, tersiksanya ruh dan terberkatinya ruh menurut kesuciannya dan keburukannya.


وَكَذلِكَ مَنْ اعْـتَرَفَ بِالإِلـهِيَّةِ وَالوَحْدَانِـيَّةِ وَلكِنَّهُ حَجَدَ النُّـبُوَّةَ مِنْ أَصْلِهَا عُمُوْمًا أَوْ نُـبُوَّةَ نَبِيِّـنَا خُصُوْصًا، أَوْ أَحَدًا مِنَ الأَنْـبِيَاءِ الَّذِيْنَ نَصَّ اللهُ عَلَيْهِمْ بَعْدَ عِلْمِهِ بِذلِكَ فَهُوَ كَافِرٌ بِلاَ رَيْبٍ،

Begitupula (termasuk kufur) orang-orang yang mengakui ketuhanan dan keesaan Allah, namun mengingkari kenabian dari dasarnya secara umum, atau menginkari kenabian Nabi kita secara khusus, atau meningkari kenabian seorang nabi yang sudah Allah pastikan kenabiannya, setelah orang itu mengetahui bahwa menginkari salah satu nabi yang sudah ditetapkan Allah merupakan kekufuran, maka hal-hal tersebut termasuk kekufuran tanpa keraguan.


وَكَذلِكَ مَنْ قَالَ إِنَّ نَبِيَّـنَا لَيْسَ الَّذِي كَانَ بِمَكَّةَ وَالْحِجَازِ، وَكَذلِكَ مَنْ ادَّعَى نُـبُوَّةَ أَحَدٍ مَعَ نَبِيِّـنَا أَوْ بَعْدَهُ أَوْ مَن ادَّعَى النُّـبُوَّةَ لِنَفْـسِهِ،

Demikian pula orang yang mengatakan bahwa Nabi kita itu bukan orang yang berada di Mekkah dan Hijaz, Begitupula (termasuk kufur) orang yang mengakui adanya kenabian pada seseorang bersamaan dengan nabi Muhammad SAW atau meyakini ada nabi setelah nabi Muhammad, atau mengaku-ngaku dirinya sendiri sebagai nabi.


وَكَذلِكَ مَن ادَّعَى مِنْ غُلاَةِ الْمُتَصَوِّفَـةِ أَنَّـهُ يُوْحَى إِلَيْهِ وَإِنْ لَمْ يَدَّعِ النُّـبُوَّةَ،

Begitupula orang dari ektrimis sufi yang mengklaim bahwa sesungguhnya ia mendapat wahyu, walaupun ia tidak mengaku kenabian.


قَالَ فِي الأَنْوَارِ: وَيُقْطَعُ بِتَكْفِيْرِ كُلِّ قَائِلٍ قَوْلاً يُتَوَصَّلُ بِهِ إِلَى تَضْلِيْلِ الأُمَّـةِ وَتَكْفِيْرِ الصَّحَابَةِ، وَكُلِّ فَاعِلٍ فِعْلاً لاَ يَصْدُرُ إِلاَّ مِنْ كَافِرٍ كَالسُّجُوْدِ لِلصَّلِيْبِ أَو النَّارِ، أَوْ الْمَشْيِ إِلَى الكَنَائِسِ مَعَ أَهْلِهَا بِزِيِّهِمْ مِنَ الزَّنَانِيْرِ وَغَيْرِهَا وَكَذَا مَنْ أَنْكَرَ مَكَّةَ أَوِ الْكَعْبَةَ أَوِ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ إِنْ كَانَ مِمَّنْ يُظَنُّ بِهِ عِلْمُ ذَلِكَ وَمِمَّنْ خَالَطَ الْمُسْلِمِيْنَ.

Beliau bersabda dalam Al-Anwar: Dinyatakan kafir setiap orang yang mengucapkan suatu perkataan yang berusaha menyesatkan umat dan menyatakan para sahabat kafir, dan setiap pelaku  yang melakukan suatu perbuatan yang tidak dikerjakan kecuali oleh orang kafir. dari orang yang tidak beriman, seperti sujud kepada kayu salib atau api, atau berjalan ke gereja bersama umatnya dengan atribut mereka mengenakan ikat pinggang dan lain-lain,  demikian juga bagi orang yang mengingkari Mekkah & Ka'bah atau mengingkari Masjidil Haram, jika Dia termasuk di dalamnya mereka yang dianggap mengetahui hal ini dan pernah bercampur dengan umat Islam.