FASAL 7 :



فَصْلٌ فِيْ ذِكْرِ الْأَحَادِيْثِ وَالْآثَارِ الْوَارِدَاتِ فِيْ رَفْعِ الْعِلْمِ وَنُزُوْلِ الْجَهْلِ وَإِنْذَارِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَإِعْلَامِهِ بِأَنَّ الْآخِرَ شَرٌّ، وَأَنَّ أُمَّتَهُ سَتَتْبَعُ الْمُحْدَثَاتِ مِنَ الْأُمُوْرِ وَالْبِدَعِ وَالْأَهْوَاءِ وَأَنَّ الدِّيْنَ إِنَّمَا يَبْقَى عِنْدَ خَاصَّةٍ مِنَ النَّاسِ.

Fasal 7 : Penjelasan Tentang Hadis-Hadis Dan Atsar Yang Menyebutkan Tentang Diangkatnya Ilmu, Diturunkannya Kebodohan, Peringatan Dan Pemberitahuan Dari Nabi Muhammad Saw Bahwa Akhir Zaman Itu Buruk, Umat Nabi Muhammad Akan Mengikuti Hal-Hal Baru Yang Dibuat-Buat Dari Berbagai Perkara, Perbuatan Bid’ah, Hawa Nafsu, Dan Pemberitahuan Bahwa Agama Hanya Akan Bertahan Pada Orang-Orang Yang Khusus Saja


قَالَ ابْنُ حَجَرٍ اَلْعَسْقَلَانِيُّ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى فِيْ فَتْحِ الْبَارِيْ: {يَقْبِضُ اللهُ الْعُلَمَاءَ، وَيَقْبِضُ الْعِلْمَ مَعَهُمْ، فَتَنْشَأُ أَحَدَاثٌ يَنْزُوْ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ نَزْوَ الْعِيْرِ عَلَى الْعِيرِ، وَيَكُوْنُ الشَّيْخُ فِيْهِمْ مُسْتَضْعَفًا}.

Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah, bersabda dalam Fath al-Bari: Allah akan mewafatkan para ulama dan mengangkat ilmu bersama mereka. Kemudian muncullah anak-anak muda yang sebagian dari mereka melompati sebagian yang lain sebagaimana keledai liar melompati keledai yang lain, dan orang tua di antara mereka tidak berdaya.


وَرَوَى أَبُوْ أُمَامَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ لَمَّا كَانَ حَجَّةُ الْوَدَاعِ قَامَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ عَلَى جَمَلٍ آدَمَ فَقَالَ: {يَا أَيُّهَا النَّاسُ خُذُوْا مِنَ الْعِلْمِ قَبْلَ أَنْ يُقْبَضَ، وَقَبلَ أَنْ يُرفَعَ مِنَ الْأَرْضَ، اَلَا إِنَّ ذَهَابَ الْعِلمِ ذَهَابُ حَمَلَتِهِ. فَسَأَلَهُ أَعْرَابِيٌّ 

Abu Umamah radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa ketika Haji Perpisahan sedang berlangsung, Rasulullah SAW menaiki unta Adam dan berkata:{Wahai sekalian manusia, ambillah ilmu sebelum direnggut dan sebelum diangkat dari muka bumi. Sesungguhnya kepergian ilmu itu adalah kepergian pembawanya.


فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ يُرْفَعُ الْعِلْمُ مِنَّا وَبَيْنَ أَظْهُرِنَا الْمَصَاحِفُ، وَقَدْ تَعَلَّمْنَا مَا فِيْهَا وَعَلَّمْنَاهَا أَبْنَاءَنَا وَنِسَاءَنَا وَخُدَّمَنَا، فَرَفَعَ إِلَيْهِ رَأْسَهُ وَهُوَ مُغضَبٌ، فَقَالَ: وَهَذِهِ الْيَهُوْدُ وَالنَّصَارَى بَينَ أَظْهُرِهِم اَلْمَصَاحِفُ وَلَمْ يَتَعَلَّقُوْا مِنهَا بِحَرْفٍ فِيْمَا جَاءَهُمْ بِهِ أَنْبِيَاؤُهُمْ}.

Kemudian seorang Badui bertanya kepadanya dan dia berkata: Ya Rasulullah, bagaimana mungkin ilmu dapat diangkat dari kami jika Al-Qur'an ada di antara kami, padahal kami telah mempelajari isinya dan mengajarkannya kepada putra dan putri kami? dan Rasulullah mengangkat kepalanya ke arah orang baduy tersebut dengan keadaah marah, dan beliau berkata: Orang-orang Yahudi dan Nasrani ini membawa Al-Qur'an di punggung mereka, dan mereka tidak berpegang teguh pada satu surat pun yang dibawa oleh nabi-nabi mereka kepada mereka.


وَقَالَ ابْنُ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنهُ قَالَ: {لَا يَزَالُ النَّاسُ مُشْتَمِلِيْنَ بِخَيْرٍ مَا أَتَاهُمْ اَلْعِلْمُ مِنْ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَكَابِرِهِمْ، فَإِذَا أَتَاهُم اَلْعِلْمُ مِنْ قِبَلِ أَصَاغِرِهِم وَتَفَرَّقَتْ أَهْوَاؤُهُمْ هَلَكُوْا}.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata: “Tidaklah akan sirna eksistensi kemanusiaan selama ia masih berselimutkan dengan segala kebaikan (kemurnian) ilmu yang datang kepada mereka dari para sahabat Nabi Muhammad Saw dan para pembesarnya. Tetapi ketika ilmu yang diterima oleh mereka itu bersumber dari orang-orang rendahan diantara mereka dengan segala kepentingan hawa nafsu yang berbeda maka rusaklah manusia seluruhnya”.


وَرَوَى الْبُخَارِيُّ فِيْ صَحِيْحِهِ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: {لَاتَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِيْ بِأَخْذِ الْقُرُوْنِ قَبْلَهَا شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ، فَقِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ كَفَارِسَ وَالرُّومِ؟ قَالَ: وَمَنْ اَلنَّاسُ إِلَّا هُمْ}.

Imam Bukhari dalam kitab shohinya meriwayatkan sebuah hadits dari Abi Hurairah radhiyallahu 'anhu : “Tidaklah akan terjadi hari Qiamat sehingga umatku sedikit demi sedikit menjauh dalam mengambil tutuntunan hidup sebagaimana yang diambil oleh generasi-generasi sebelumnya, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, lantas diucapkan Wahai Rasulillah ! sedemikian itu adalah sebagaimana yang terjadi pada kaum Persia dan Romawi ? Rasulillah menjawab : “Siapalagi manusia itu ? kalau bukan mereka ( kaum Persia dan Romawi) !”


وَعَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ اَلْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: { لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوْا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوْهُمْ قُلْنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ الْيَهُوْدُ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ }.

Dari Said al – Khudri RA dari Nabi SAW beliau bersabda : “Sungguh kalian semua pada saatnya nanti akan mengikuti tuntunan-tuntunan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta-demi sehasta, sehingga kalau saja mereka masuk ke dalam liang biawak, mereka tetap akan mengikutinya. Kemudian dikatakan : “Wahai Rasulillah, merekakah orang-orang Yahudi dan Nasrani? Rasul menjawab : “Siapa lagi kalau bukan mereka”


وَرَوَى الطَّبَرَانِيُّ عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {إِنَّ أَوَّلَ هَذِهِ الْأُمَّةِ خِيَارُهُم، وَآخِرَهَا شِرَارُهُمْ، مُخْتَلِفِيْنَ مُتَفَرِّقِيْنَ، فَمَن كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْتَأْتِهِ مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يَأْتِيْ إِلَى النَّاسِ مَا يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْهِ}.

Imam Thabrani meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Mas’ud RA dari Rasulillah Saw : “Sesungguhnya generasi pertama dari ummatku ini adalah sebaik-baiknya generasi, dan periode akhirnya adalah seburuk-buruknya generasi umatku, mereka semua berselisih dan berpecah belah. Barang siapa mengimani Allah dan hari akhir maka segeralah menjemput kematiannya, sementara itu ia datang menghampiri manusia menyampaikan sesuatu yang ia menyenanginya bila hal itu didatangkan kepadanya”.


وَعَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى أَنَّهُ سَمِعَ أَبَاهُ يَقُوْلُ: {لَمْ يَزَلْ أَمْرُ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ مُسْتَقِيْمًا حَتَّى حَدَثَ فِيْهِم اَلْمُوَلَّدُوْنَ أَبْنَاءُ سَبَايَا الْأُمَمِ، فَأَحْدَثُوْا فِيْهِمْ اَلْقَوْلَ بِالرَّأْيِ، وَأَضَلُّوْا بَنِي إِسْرَائِيْلَ. قَالَ: وَكَانَ أَبِيْ يَقُوْلُ: اَلسُّنَنَ اَلسُّنَنَ فَإِنَّ السُّنَنَ قِوَامُ الدِّيْنِ}

Sebuah kisah diriwayatkan dari Hisyam bin Urwah RA suatu ketika ia mendengar ayahnya bercerita : “Tidaklah pernah sirna perkara yang ada ditengah-tengah kaum Bani Israil, dan itu tetap kokoh dipegangi sehingga datang ditengah-tengah mereka anak-anak yang terlahirkan dari para tawanan umat mereka. Generasi baru itu melakukan pembaharuan ditengah-tengah mereka dengan mengemukakan/ menyampaikan pendapat mereka sendiri. Di saat itulah mereka menjerumuskan kaum Bani Israil, Hisyam berkata : Ayahku lantas mewasiatkan:“tetaplah kalian memegangi tuntunan, teguhkanlah dirimu untuk tetap berpegang teguh pada al- Sunnah, karena tuntunan itu merupakan tiang agama”.


وَرَوَى ابْنُ وَهْبٍ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ اَلزُّهْرِيِّ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى قَالَ: {إِنَّ الْيَهُوْدَ وَالنَّصَارَى إِنَّمَا انْسَلَخُوْا مِنَ الْعِلْمِ الَّذِيْ كَانَ بِأَيْدَيْهِم حِيْنَ اسْتَقَلُّوا الرَّأْيَ وَأَخَذُوْا فِيْهِ}.

Pada sebuah riwayat yang lain diceritakan dari Ibnu Wahbin dari Ibnu Shihab Al – Zuhri RA ia berkata : “Sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani mulai melepaskan diri dari keilmuan mereka yang selama ini ada pada genggaman mereka ,yakni pada saat mereka semua bebas sebebas-bebasnya untuk melontarkan pendapat-pendapat mereka sendiri dan menjadikannya sebagai pedoman hidupnya”.


وَرَوَى الْبُخَارِيُّ فِيْ صَحِيْحِهِ عَنْ عُرْوَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: {حَجَّ عَلَيْنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ عَمْرٍو فَسَمِعْتُهُ يَقُوْلُ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللهَ لاَ يَنْزِعُ الْعِلْمَ بَعْدَ أَنْ أَعْطَاهُمُوهُ انْتِزَاعًا، وَلَكِنْ يَنْتَزِعُهُ مِنْهُمْ مَعَ قَبْضِ الْعُلَمَاءِ بِعِلْمِهِمْ، فَيَبْقَى نَاسٌ جُهَّالٌ يُسْتَفْتَوْنَ فَيُفْتُوْنَ بِرَأْيِهِمْ فَيَضِلُّوْنَ وَيُضِلُّوْنَ،

Imam Bukhori di dalam kitab shohihnya meriwayatkan sebuah hadits dari Urwah Ra. Ia berkata: Abdullah bin Umar Ra. menunaikan haji bersama kita, lantas aku mendengar Nabi Muhammad SAW. Bersabda : “Sesungguhnya Allah swt. tidak akan mencabut ilmu, setelah ilmu itu ia berikan kepada suatu kaum dari dada mereka secara mendadak, tetapi Allah mencabutnya besertaan dengan kewafatan para ulama sebaagi pemegangnya, sehingga yang tersisa tinggallah manusia-manusia bodoh, kaumnya meminta fatwa pada mereka, dan merekapun menyampaikan fatwa atas dasar pendapatnya sendiri, sehingga mereka sendiri tersesat dan menyesatkan kaumnya, kesesatanpun merajalela.”…


فَحَدَّثْتُ بِهِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، ثُمَّ إِنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ عَمْرٍو حَجَّ بَعْدُ، فَقَالَتْ يَا ابْنَ أُخْتِيْ اِنْطَلِقْ إِلَى عَبْدِ اللهِ فَاسْتَثْبِتْ لِيْ مِنْهُ الَّذِيْ حَدَّثْتَنِيْ عَنْهُ، فَجِئْتُهُ فَسَأَلْتُهُ، فَحَدَّثَنِيْ بِهِ كَنَحْوِ مَا حَدَّثَنِيْ، فَأَتَيْتُ عَائِشَةَ فَأَخْبَرْتُهَا، فَقَالَتْ وَاللهِ لَقَدْ حَفِظَ عَبْدُ اللهِ بْنُ عَمْرٍو}.

Hadits ini lantas aku (Urwah) ceritakan kepada siti Aisyah Ra, istri Rasululah SAW. Kemudian ketika Sayyidina Abdullah bin Umar melaksanakan ibadah haji lagi pada tahun berikutnya. Dewi A’iyah menghampiriku : “Wahai putra saudara perempuanku, pergilah dan temuilah Abdullah dan mintalah pengukuhan sebuah hadits yang telah ia sampaikan kepadaku.” Maka sayapun datang dan menanyakannya. Kemudian Abdullah bin Umar menyampaikan sebuah hadits sebagaimana yang pernah ia tuturkan. Setibanya dari sana, saya datang kepada Dewi Aisyah untuk menginformasikan hasil pertemuanku dengan Abdullah bin Umar. Dewi Aisyah Ra. menyatakan pengukuhannya : “Demi Allah, sungguh Abdullah bin Umar menghafal hadits tersebut.”


وَفِيْ فَتْحِ الْبَارِيْ عَنْ مَسْرُوْقٍ عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: {لَا يَأْتِيْ عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا وَهُوَ أَشَرُّ مِمَّا كَانَ قَبْلَهُ، أَمَّا إِنِّيْ لَا أَعْنِيْ أَمِيرًا خَيْرًا مِنْ أَمِيْرٍ، وَلَا عَامًا خَيْرًا مِنْ عَامٍ، وَلَكِنْ عُلَمَاؤُكُم وَفُقَهَاؤُكُمْ يَذْهَبُونَ ثُمَّ لَا تَجِدُوْنَ مِنْهُمْ خَلَفًا، ثُمَّ يَجِيئُ قَوْمٌ يُفْتُوْنَ فِي الْأُمُوْرِ بِرَأيِهِمْ فَيَثْلِمُوْنَ الْإِسْلَامَ وَيَهْدِمُوْنَهُ}

. Di dalam kitab Fathu al – Bahri juga diriwayatkan sebuah hadits dari Masruq dari Ibnu Mas’ud Ra. ia berkata : “Tidak akan datang sebuah zaman kepada kalian semua, kecuali zaman itu lebih buruk dari era sebelumnya, ingatlah sesungguhnya aku tidak akan menentukan seorang pemimpin yang lebih baik dari pemimpin yang lain juga tidak pada sebuah masyarakat yang lebih baik dari masyarakat yang lain. Tetapi ulama-ulama dan ahli fiqih kalian telah wafat meninggalkan kita, hingga tidak didapati lagi pengganti mereka. Kemudian datanglah sekelompok kaum yang menyampaikan fatwa tanpa sadar tentang suatu masalah menurut pendapatnya sendiri, mereka merusak Islam dan merobohkan sendi-sendi agama”.